Moneter.id – Perekonomian Negari Ratu Elizabeth, Inggris tumbuh di kuartal II/2018
setelah mengalami penurunan tajam di musim dingin awal tahun ini tetapi kehilangan
momentumnya di bulan Juni.
“Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 0,4% di periode
April-Juni, sesuai dengan prediksi para ekonom yang dikumpulkan Reuters,” kata Kantor Statistik Nasional
(Office of National Statistics/ONS)
dikutip CNBCIndonesia, Jumat (10/9).
Perekonomian Inggris melambat setelah
pengambilan suara Brexit di tahun 2016 dan diprediksi terus tumbuh lebih lambat
daripada negara-negara dengan perekonomian maju karena negara itu akan keluar
dari Uni Eropa pada bulan Maret tahun depan.
Data kuartalan ini kemungkinan akan meyakinkan para pengambil
kebijakan di bank sentral Bank of England (BOE), yang pekan lalu menaikkan suku
bunga ke posisi tertinggi pasca krisis keuangan yaitu 0,75%.
“Perekonomian naik sedikit di kuartal
kedua dengan penjualan ritel dan konstruksi yang dibantu cuaca baik dari dampak
salju di awal tahun ini,” kata Rob Kent-Smith selaku ahli statistic ONS.
Meskipun begitu, kata Rob Kent-Smith, manufaktur
melanjutkan penurunan dari titik tertinggi di akhir tahun lalu dan pertumbuhan
yang mendasari masih tidak terlalu tinggi dari patokan sejarah.
Di bulan Juni saja, perekonomian tumbuh 0,1%
setelah naik 0,3% di bulan Mei atau lebih lemah dari proyeksi polling Reuters
yakni tumbuh 0,2%, kata ONS.
Pertumbuhan selama kuartal kedua sebagian
besar didorong oleh sektor jasa, kata ONS. Perdagangan bersih adalah penurunan
terbesar untuk perekonomian sejak kuartal ketiga tahun 2016.
Pertumbuhan kuartalan belanja rumah tangga
sedikit tumbuh menjadi 0,3% dari 0,2% di kuartal pertama, tetapi hanya 1,1%
lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Itu adalah kenaikan tahunan terlemah sejak
awal tahun 2012.
Dibandingkan dengan tahun lalu, perekonomian
Inggris 1,3% lebih tinggi di kuartal kedua dan hanya sedikit di atas posisi
terendah selama hampir enam bulan di kuartal pertama tahun ini. 
(TOP)




