Departemen Pengawasan Inovasi Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto (IAKD) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat transaksi kripto sejak Januari hingga Juli 2025, terjadi pertumbuhan dari Rp44 triliun menjadi Rp52,7 triliun dengan jumlah konsumen dari 12,9 juta menjadi 16,8 juta.
Sedangkan akumulasi transaksi selama Januari-Juli sekitar Rp224 triliun dengan market cap per bulan rata-rata Rp29-37 triliun hingga Agustus. “Angka-angka ini menunjukkan aset kripto bukan lagi cuma fenomena, tapi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Indonesia, sehingga menjadi bagian penting dari arsitektur ekonomi digital di Indonesia,” kata Kepala IAKD OJK Dino Milano di Jakarta, Rabu (9/10/2025).
Dino menyebutkan tantangan utama yang dihadapi industri kripto ialah memastikan pertumbuhan transaksi kripto berlangsung aman, adil, dan berkelanjutan. “Risiko yang muncul dalam transaksi kripto antara lain mencakup volatilitas harga, potensi kejahatan siber, penipuan berkedok investasi, hingga tingkat literasi masyarakat tak seimbang dengan tingkat adopsi,” paparnya.
Kata Dino, kecenderungan sebagian pengguna bertransaksi di kripto tanpa pemahaman karena Fear of Missing Out/FOMO, ketakutan ketinggalan suatu tren yang sedang populer di sekitar.
Karena itu, OJK menjadikan literasi keuangan digital sebagai prioritas dengan melibatkan para regulator, akademisi, universitas, asosiasi, industri, Aparat Penegak Hukum (APH), serta media untuk membentuk investor yang cerdas dan bertanggung jawab.
“Kami juga mendukung dan mendorong kolaborasi riset, khususnya dengan para akademisi, dengan lembaga-lembaga yang memang menyediakan kesempatannya untuk kami berkolaborasi, untuk memahami perilaku dari investor, efektivitas kebijakan, serta pemanfaatan blockchain di sektor publik,” ujarnya.
Menurut dia, saat inilah saatnya dunia akademik dan regulator bersinergi dalam membangun dasar pengetahuan bersama dunia kripto. Di sisi lain, pihaknya mengharapkan ada pertumbuhan talenta digital dari para pendidik dan akademisi agar bisa mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi era digital yang sudah bergulir dan tak bisa dibendung.
“Yang kita perlukan adalah orang-orang talent yang memang memiliki bakat dan kemampuan menjaga pertumbuhan ini tetap sehat dan memberikan kontribusi kepada negara kita ke depannya, dimana kita bisa mendidik orang-orang supaya memiliki mental seperti itu,” tutup Dino.




