MONETER – Bank
Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) meraup laba bersih sebesar Rp26,8 miliar
sepanjang tahun 2022
Laba bersih ini didapat dari pemanfaatan perpanjangan
relaksasi restrukturisasi kredit secara konservatif oleh Bank Sampoerna melalui
penurunan persentase kredit direstrukturisasi serta peningkatan beban
penyisihan penurunan nilai kredit hingga 48,5 persen.
Sepanjang tahun 2022, Bank Sampoerna juga membukukan
pendapatan bunga bersih sebesar Rp830,2 miliar atau meningkat 15,3 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), terutama
dicapai melalui penurunan beban bunga sebesar hampir 32,9 persen (yoy) menjadi
Rp384,4 miliar.
CEO Bank Sampoerna Ali Rukmijah mengatakan Bank Sampoerna
juga memiliki fondasi yang sangat kuat. Komitmen pemegang saham terealisasikan
antara lain melalui peningkatan modal Bank Sampoerna menjadi lebih dari Rp3
triliun sejak Juni 2022.
“Bank Sampoerna memiliki rasio tingkat kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio/ CAR) sebesar 33 persen pada akhir 2022 dan siap
melayani lebih banyak UMKM di tahun ini,” ujarnya, Rabu (5/4/2023).
Kata Ali, kinerja yang dicapai Bank Sampoerna tak lepas
dari kolaborasi dengan berbagai pihak dan pemanfaatan teknologi. Di tahun 2023,
Bank Sampoerna telah bekerja sama dengan tidak kurang dari 40 perusahaan
teknologi finansial (tekfin/fintech), perusahaan multifinance, koperasi simpan
pinjam (KSP), dan berbagai institusi keuangan lain untuk memberikan pendanaan
pada lebih banyak UMKM dan masyarakat umum.
Teknologi juga telah diaplikasikan sesuai kebutuhan
seperti pengintegrasian fungsi face
recognition (pengenalan wajah) dan
liveness detection (pengenalan wajah pada aplikasi merupakan benar
merupakan pengguna asli, bukan foto ataupun patung) untuk mempercepat proses
pembukaan tabungan Sampoerna Mobile Saving secara daring.
Di tahun 2023, Bank Sampoerna juga telah menjalankan open Application Programming Interface (API)
yang memungkinkan mitra pihak ketiga membangun aplikasi dan layanan yang
terintegrasi dengan layanan di Bank Sampoerna tanpa mengkompromikan keamanan
jaringan ataupun data nasabah.
Terlepas dari beberapa sentimen negatif dari beberapa
kejadian di luar negeri yang dapat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia,
Ali menilai terdapat cukup alasan untuk menatap optimis pertumbuhan ekonomi
Indonesia dan industri perbankan di tahun 2023.
“Tidak hanya permintaan
pinjaman telah terus menguat, tapi juga kecukupan modal di industri perbankan
dan semakin padu kolaborasi antara industri perbankan, fintech, dan industri
lain, merupakan modal penting bagi pertumbuhan yang kuat dan berkualitas,” tutup
Ali.




