Moneter.id – PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC)
telah menyerap seluruh dana hasil penawaran
umum perdana atau initial public offering (IPO) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai total Rp51,6 miliar untuk membeli bahan baku
tembakau.
Resmi melantai di BEI pada 7
April 2018, perseroan menghimpun dana segar total senilai Rp60 miliar, setelah
dikurangi biaya-biaya penawaran umum, perseroan memperoleh nilai bersih hasil
penawaran umum sebesar Rp51,6 miliar.
Dalam laporan realisasi
penggunaan dana hasi IPO per 31 Desember 2019 di Jakarta, Senin (20/1/2020),
perseroan menjelaskan, mayoritas penggunaan dana hasil IPO untuk pembelian
tembakau di segmen wilayah Jawa Tengah senilai Rp25,8 miliar atau sebesar 50%
dari alokasi dana.
“Selanjutnya, 49% dialokasikan
untuk segmen wilayah Jawa Timur senilai Rp25,4 miliar. Sisanya sebesar 1% untuk
wilayah Lombok senilai Rp370 juta,” jelasnya.
Sementara, laba bersih Indonesian
Tobacco tertekan sepanjang periode 9 bulan tahun ini, meski penjualannya naik
dua digit.
Berdasarkan laporan keuangan per
30 September 2019, produsen tembakau iris tersebut membukukan penjualan bersih
sebesar Rp120,26 miliar, naik 19,44% secara tahunan.
Dari situ laba bersih perusahaan
tercatat Rp611,31 juta per kuartal III/2019. Laba bersih tersebut turun 86,99%
dibandingkan dengan laba bersih per kuartal III/2018 sebesar Rp4,69 miliar.
Perseroan mengaku menangkap
peluang dari dampak kenaikan tarif cukai sekitar dan harga jual eceran (HJE)
dengan rata-rata sekitar 35% mulai 1 Januari 2020.




